Kabupaten Tasikmalaya)
Oleh: A Jajang W. Mahri
http://jurnal.upi.edu/file/Jajang.pdf
Nama Kelompok :
Dave Simanjuntak (21210703)
Fadhli Rahman Syukri (22210477)
Gita Fitriane (23210019)
I Made Wahyudi S (23210346)
Kelas; 2EB10
I. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melandaskan kegiataannya pada prinsip-prinsip Koperasi. Sebagai gerakan, Koperasi
menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan kerja sama antar anggotanya yang sangat diperlukan untuk mewujudkan tujuan utamanya, yaitu meningkatkan kesejahteraan para anggotanya dan kemakmuranmasyarakat.
Banyak pakar yang menyata-kan bahwa kunci keberhasilan Koperasi antara lain terletak pada partisipasi anggota (Muslimin Nasution, 1987) dan (Syamsuri SA, 1986). Sehingga dapat dikatakan bahwa partisipasi dalam Koperasi seperti jantungnya tubuh manusia, karena dalam Koperasi anggota berperan ganda (dual identity) yaitu sebagai pemilik dan pengguna, disinilah letak keunikan badan usaha Koperasi karena pemilik usaha merangkap sebagai peng-guna jasa, karena kedua sifat ini menyebabkan Koperasi lebih banyak menuntut partisipasi dari anggota untuk mengembangkan usaha yang telah didirikan bersama untuk mencapai tujuannya.
Tujuan utama Koperasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggota-anggotanya. Demikian halnya bagi KOPTI (Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia), yang sejak awal berdirinya sampai sampai tahun 1998 dalam pengadaan bahan bakunya/ kedelainya masih menggantungkan dari pemerintah (Bulog). Pada tahun 1999 pemerintah sudah tidak mensubsidi lagi karena terbentur oleh krisis moneter yang berkepanjangan, maka sejak bulan April 1999 KOPTI tidak menerima lagi alokasi kedelai dari pemerintah dan untuk memenuhi permintaan kedelai dari para anggota, seluruh KOPTI, termasuk KOPTI Tasikmalaya mendatangkan kedelai dari Inkopti dan pihak swasta.Karena harus langsung masuk ke pasar bebas, tidaklah heran bila KOPTI Tasikmalaya mengalami penurunan pada tiga tahun (2002-2004). Dilihat dari jumlah anggotanya terjadi penurunan sebesar 5,5% dari 442 orang pada tahun 2002 menjadi 397 orang pada tahun 2004. Modal sendiri mengalami penurunan selama tiga tahun berturut-turut, rata-rata sebesar 12,15% yaitu dari Rp. 2.19 milyar pada tahun 2002 menjadi Rp. 1.84 milyar pada tahun 2004.
Jumlah anggota yang menurun diindikasikan sebagai konsekuensi pelayanan yang kurang baik dari Koperasinya, yang akhirnya mengurangi modal sendiri yang ada pada Koperasi.
2. Perumusan Masalah
Masalah yang diteliti dirumuskan dalam satu rumusan masalah, yaitu : “Seberapa besar kualitas pelayanan dan manfaat Koperasi secara simultan berpengaruh ter-hadap tingkat partisipasi anggota pada KOPTI
Tasikmalaya ?”
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam perumusan masalah, pada dasarnya tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar kualitas pelayanan dan manfaat Koperasi berpengaruh terhadap tingkat partisipasi anggota pada KOPTI Tasikmalaya.
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kualitas pelayanan dan manfaat Koperasi yang diberikan oleh KOPTI Tasikmalaya dan pengaruhnya terhadap tingkat partisipasi anggotanya, dan secara teoritis dapat dijadikan sumbangan bagi perkembangan Ilmu Ekonomi khususnya dalam bidang perkoperasian.
II. KajianTeori dan Kerangka Pemikiran
Keberhasilan suatu Koperasi salah satunya ditentukan oleh faktor partisipasi anggota. Partisipasi anggota merupakan perwujudan dari keikutsertaan anggota dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Koperasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Ropke (2003) keefektifan partisipasi anggota tergantung dari interaksi antara :
1. Anggota atau penerima manfaat
2. Manajemen
3. Program
Bila ketiga variabel ini memenuhi kesesuaian, maka secara langsung akan mempengaruhi keefektifan partisipasi semua anggota. Kesesuaian antara ketiga variabel diatas oleh Ropke dinamakan Three Way Fit yang
kemudian akan melahirkan The Fit Model of Participation,sedangkan kesesuaian yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Antara pelayanan yang dibutuhkan oleh anggota dan output pelayanan dari program.
2. Antara tugas-tugas program dan kemampuan manajemen Koperasi.
3. Antara apa yang diminta oleh para anggota dengan keputusan manajemen.
Sedangkan alat yang digunakan anggota untuk berpartisipasi adalah hak suara (Voice), Hak pilih (Vote), dan hak keluar (Exit).
Dengan hak suara (voice), anggota Koperasi dapat mempengaruhi pihak manajemen dengan cara bertanya, memberi atau mencari informasi, maupun dengan mengajukan ketidaksepakatan dan kritik. Dengan hak pilih(vote), anggota dapat mempengaruhi siapa yang akan dipilih menjadi manajer maupun anggota badan pengawas lainnya. Dengan hak keluar (exit), anggota dapat mempengaruhi manajemen dengan cara meninggalkan Koperasi dengan membeli input yang lebih sedikit dari Koperasi dan membeli lebih banyak dari pesaing, atau dengan cara mengancam keluar dari keanggotaan Koperasi maupun mengurangi kegiatannya di Koperasi. Jika model tersebut berjalan dengan kesesuaian, maka tidak ada anggota yang menggunakan hak
keluarnya, walaupun terjadi hanya disebabkan oleh variabel yang tidak terduga saja. Misalnya, meninggal dunia atau dipecat keanggotaannya.
Pelayanan Koperasi kepada anggota adalah jasa yang diberikan Koperasi dalam memajukan usaha anggotanya. Oleh karena itu, sebagian Koperasi adalah pemberi pelayanan yang bertugas memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada usaha anggota-nya. Pentingnya pelayanan kepada anggota Koperasi dinyatakan Hans Munkner (1997) bahwa :
“Sesuai dengan tujuan Koperasi maka prioritas yang diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota, pertumbuhan perusahaan Koperasi yang berkesinambungan bukanlah tujuan akhir melainkan merupakan pembenaran dalam kaitan dengan perbaikan kapasitas Koperasi dalam rangka peningkatan kesejahteraan anggota”.
Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan yang baik kepada anggota Koperasi harus mewujudkannya melalui penyediaan barang dan jasa yang sesuai dengan keinginan anggota dengan penawaran harga, kualitas dan kondisi yang lebih menguntungkan anggota dari pada penawaran yang ditawarkan oleh pasar.Karakteristik yang harus dimiliki oleh Koperasi agar dapat disebut sebagai pusat pelayanan, menurut
Muslimin Nasution (1990) adalah sebagai berikut :
1. Mampu menyediakan sarana dan bahan kebutuhan masyarakat yang sesuai dengan kodrat sebagai manusia baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk kegiatan produksi
2. Mampu berperan untuk membangkitkan inisiatif lokal agar semua masyarakat dapat meningkatkan peran sertanya dalam proses pembangunan dan menikmati hasil-hasil pembangunan tersebut
3. Dapat berperan sebagai sarana dalam proses transformasi struktural termasuk redistribusi faktor-faktor produksi dan pendapatan.
Oleh karena itu, pelayanan yang baik dari Koperasi, akan meningkatkan partisipasi anggota. Demikian pula Koperasi sebagai organisasi ekonomi merupakan wadah berbagai kegiatan ekonomi masyarakat, khususnya
para produsen tempe tahu, bisa diterima oleh anggota karena adanya pelayanan yang diberikan sesuai dengan bentuk dan kebutuhan yang diberikan oleh anggota sehingga dapat meningkatkan partisipasi anggota.
Menurut Sugiyanto (2002), mengukur keberhasilan Koperasi jangan hanya dilihat dari sisi kemampuan Koperasi dalam menghasilkan SHU, tetapi yang utama harus dilihat dari kemampuan dalam mempromosikan
ekonomi anggotanya (benefit ekonomi). Pendapat tersebut sesuai pendapat Ropke (2003), Koperasi akan sangat menarik bila dapat memberikan manfaat ekonomi bagi anggotanya. Oleh karena itu, orang akan tertarik menjadi anggota suatu Koperasi hanya karena mereka akan memperoleh manfaat dari Koperasi. Jika manfaat ekonomi yang diperoleh anggota besar, maka anggota mau berpartisipasi secara aktif pada Koperasi tersebut, karena salah satu jenis partisipasi anggota adalah partisipasi dalam menikmati manfaat. Sebagaimana yang diungkapkan Ropke (2003) partisipasi dapat digambarkan dalam tiga jenis :
1. Partisipasi anggota dalam mengkontribusikan atau menggerakan sumber-sumber dayanya
2. Partisipasi anggota dalam mengambil keputusan (perencanaan, implementasi/pelaksanaan, evaluasi)
3. Partisipasi anggota dalam menikmati manfaat.
Partisipasi anggota dalam mengkontribusikan sumber-sumber dayanya, salah satunya adalah pemupukan modal, memberikan kesempatan kepada Koperasi untuk memproduksi barang dan jasa, menjalankan organisasi, dan membeli fasilitas atau sarana produksi. Oleh karena itu semakin besar modal Koperasi tersebut maka semakin besar pula peluang Koperasi untuk memperluas jangkauan usahanya sehingga akan semakin meningkatkan kualitas pelayanan atau memperbesar volume usahanya.
Partisipasi dalam pengambilan keputusan maupun pengawasan akan mendorong pengurus Koperasi untuk lebih bertanggungjawab dan meningkatkan dedikasinya untuk kepentingan Koperasi. Kepentingan itu diwujudkan melalui peningkatan manajemen seperti kerapihan dan kelengkapan administrasi maupun pembukuan, tertibnya pembagian SHU dan pemilikan perangkat organisasi, tertibnya imbalan kepada personil yang menduduki jabatan dalam Koperasi maupun dalam penyelenggaraan pertemuan dengan anggota.
Partisipasi anggota dalam menikmati manfaat, yaitu memanfaatkan segala sarana dan prasarana serta pelayanan yang disediakan oleh Koperasi untuk kesejahteraan para anggotanya.
Dari ketiga jenis konteks partisipasi diatas, penulis fokus pada partisipasi dalam menikmati manfaat, dimana anggota mau berpartisipasi jika mendapat timbal balik yang menguntungkan dari Koperasi, seperti harga barang yang lebih rendah dibanding dengan harga barang diluar Koperasi, perlakuan dan pelayanan yang baik dari
pengurus ataupun dari anggota yang lainnya dalam Koperasi dan mendapatkan SHU yang sesuai dengan partisipasinya dalam Koperasi serta pelayanan di bidang penjualan bahan baku (kedelai) serta bidang simpan pinjam yang ditawarkan oleh Koperasi dapat memberikan manfaat lebih berupa prosedur yang relatif mudah, syarat-syarat penjualan kedelai kepada anggota lebih mudah, kemampuan dalam mengangsur dan jangka waktu angsuran yang tidak terlalu singkat dan bunga yang lebih rendah.
Menurut Ropke (2003), manusia rasional akan terdorong melakukan suatu pilihan bila ia beranggapan :
Manfaat Koperasi > Manfaat Non Koperasi, atau
Keunggulan/Keuntungan berkoperasi > Keunggulan Pesaing
Dengan demikian pihak pengurus dan pengelola Koperasi dituntut untuk selalu berfikir lebih maju dalam memberikan manfaat dibanding dari pesaingnya, karena hanya dengan itulah anggota atau calon anggota
tergerak untuk memilih Koperasi sebagai alternatif yang lebih rasional dalam melakukan transaksi ekonominya.
Berdasarkan penjelasan di atas jelaslah bahwa ada pengaruh antara kualitas pelayanan dan manfaat ekonomi yang diberikan oleh Koperasi terhadap peningkatan partisipasi anggota.
III. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran, hipotesisnya adalah “Kualitas pelayanan dan Manfaat Koperasi secara simultan berpengaruh positif terhadap tingkat partisipasi anggota KOPTI Tasikmalaya.”
IV. Objek dan Metode Penelitian
Objek dari Penelitian ini adalah Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) Tasikmalaya dan yang menjadi subjek penelitian adalah anggota KOPTI yang tersebar di lima wilayah pelayanan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei penjelasan (explanatory survey method) dengan menggunakan data primer dan sekunder. Metode ini menekankan pada perolehan data dengan pertanyaan serta menganalisis jawabannya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Kerlinger (1990:667), dan digunakan untuk menjelaskan bentuk pengaruh antar variabel yang akan diamati dengan melalui pengujian hipotesis. Hal ini sesuai dengan pendapat Moh. Nazir (1999:65) dan Singarimbun dan Sofian Efendi (1995:4). Variabel yang dianalisis yaitu faktor kualitas pelayanan Koperasi dan variabel manfaat Koperasi. Variabel kualitas pelayanan merupakan tingkat mutu pelayanan yang diberikan Koperasi kepada anggota, sehingga anggota dapat merasakan kepuasan dengan adanya pelayanan yang baik dari Koperasi, sedangkan variabel manfaat Koperasi merupakan promosi ekonomi anggota, yaitu peningkatan pelayanan Koperasi kepada anggotanya dalam bentuk manfaat ekonomi yang diperoleh sebagai anggota Koperasi.
Populasinya adalah seluruh anggota KOPTI Tasikimlaya yang berjumlah 397 orang yang ter-sebar di lima wilayah pelayanan, yaitu wilayah pelayanan Tasik Kota, Tasik Utara, Ciawi, Singaparna dan Tasik Selatan. Jumlah sampel sebanyak 80 orang ang-gota yang dilakukan berdasarkan versi Taro Yamane, penentuannya didasarkan atasStratified Pro-porsional Sampel Random Sampling.
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Sedangkan pengujian validitas digunakan teknik korelasi melalui Koefisien Korelasi Product Momentdari Pearson. Uji reabilitas digunakan adalah teknik korelasi belah dua (split-half) dengan formula Spearman-Brown(Singarimbun dan Sofian Efendi, 1995:143). Sedangkan teknik analisis data, digunakan analisis korelasi dan analisis regresi berganda.
V. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Secara deskriptif, hasil peneliti-an menujukan bahwa kualitas pelayanan KOPTI dinilai anggota dalam kategori cukup. Kualitas pelayanan menggunakan indikator,
a) Tangible (bukti langsung), meliputi fasilitas, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi,
b) Reliability (Kehandalan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan,
c) Responsibility (daya tanggap), yaitu keinginan para karyawan untuk membantu para anggota, memberikan pelayanan dan cepat menanggapi seluruh keinginan anggota,
d) Assurance (jaminan), meliputi pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh para karyawan,
e) Empathy (empati), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan anggota.
Variabel manfaat Koperasi adalah manfaat yang dirasakan oleh anggota selama menjadi anggota Koperasi.
Indikatornya mencakup,
a) besarnya manfaat ekonomi langsung dari penyediaan barang dilihat dari kondisi barang, harga barang, cara pembayaran dan syarat pembelian.
b) besarnya manfaat ekonomi langsung dari pemasaran atau pengolahan bersama dilihat dari penghematan biaya produksi.
c) besarnya manfaat ekonomi langsung dari simpan pinjam dilihat dari tingkat suku bunga pinjaman, syarat pinjaman dan jumlah realisasi pinjaman.
d) besarnya manfaat ekonomi tidak langsung dari pembagian SHU dilihat dari ketepatan dan proporsinnya. Manfaat koperasi menurut anggota pada umumnya dalam katagori kurang.
Variabel partisipasi anggota, ditandai dengan partisipasi dalam pengambilan keputusan, partisipasi modal dan partisipasi usaha. Hasil penelitian menujukan bahwa pada umumnya partisipasi anggota ada dalam katagori rendah.
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan, bahwa kualitas pelayanan dan manfaat Koperasi ber-pengaruh positif terhadap tingkat partisipasi anggota KOPTI Tasikmalaya, diperoleh nilai F statistik 185.974 sedangkan F table (0.05) (2 / 78) diperoleh 3.11. Hal ini menunjukkan bahwa F tabel < F statistik yaitu 3.11 < 185.974 artinya H0 ditolak dan H1 diterima.
Pada persamaan regresi ganda tersebut ternyata koefisien arah regresi tersebut signifikan atau memiliki kebermaknaan kuat. Setelah ditransformasi maka diperoleh nilai R= 0.839 dan R 2 =0.705 dan R 2 yang disesuaikan 0.701. Ini mengandung arti bahwa perubahan yang terjadi pada partisipasi anggota 70.5% dipengaruhi oleh kualitas pelayanan dan manfaat Koperasi, sedangkan sisanya 29.5% dipengaruhi oleh faktor lain.
Hasil penelitian selaras dengan Ropke (2003), bahwa Koperasi tidak akan menarik bagi anggota, calon anggota dan masyarakat lainnya yang ingin menjadi anggota karena hanya merasa memiliki kelebihan modal,
sebaliknya Koperasi akan sangat menarik bila Koperasi dapat memberikan manfaat ekonomi (economi benefit) bagi anggotanya. Untuk itulah pelayanan harus menjadi tujuan utama dalam Koperasi. Menurut Hendar dan Kusnadi ada dua faktor yang mengharuskan Koperasi meningkatkan pelayanannnya kepada anggotanya. Pertama, adanya tekanan persaingan dari organisasi lain (terutama organisasi non Koperasi). Kedua, adanya perubahan kebutuhan manusia sebagai akibat perubahan waktu dan peradaban. Bila Koperasi mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan anggota yang lebih besar daripadapesaingnya, maka tingkat partisipasi anggota pada Koperasi akan meningkat. Apabila Koperasi memiliki kualitaspelayanan yang tinggi, maka keuntung-an yang dapat dinikmati anggota dari pelayanan Koperasi akan besar,dalam arti anggota akan menikmati keuntungan yang besar. Jika anggota dapat menikmati pelayanan yang
besar, maka anggota akan aktif berpartisipasi. Semakin banyak manfaat pelayanan yang dapat dinikmati oleh anggota, maka akan semakin besar partisipasi anggota dalam Koperasinya.
Keadaan menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas pelayanan Koperasi, maka semakin tinggi peningkatan partisipasi anggota terhadap Koperasi, dan sebaliknya semakin rendah kualitas pelayanan yang diberikan oleh Koperasi, maka semakin rendah partisipasi dari anggotanya.
VI. Kesimpulan dan Saran
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa kualitas pelayanan dan manfaat Koperasi berpengaruh positif terhadap partisipasi anggota pada Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) Tasikmalaya. Berarti semakin tinggi kualitas pelayanan dan manfaat yang diberikan oleh Koperasi, maka partisipasi angota juga akan semakin meningkat.
Dengan demikian dapat disarankan, agar KOPTI senantiasa mampu meningkatkan pelayanan dan memberikan manfaat kepada para anggotanya, sehingga rasa memiliki anggota menjadi lebih baik dan akan berdampak lebih baik terhadap partisipasi anggota. Partisipasi anggota yang baik merupakan modal dasar koperasi untuk lebih berkembang. Pelayanan yang diberikan adalah pelayanan yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan para anggota, sehingga memberikan manfaat (benefit) lebih dibandingkan dengan perusahaan atau badan lainnya.
Daftar Pustaka
Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, 2001. Koperasi – Teori dan Praktek, Erlangga, Jakarta.
Hanel, Alfred, 1989. Organisasi Koperasi – Pokok-pokok Pikiran Mengenai Organisasi Koperasi di Negara-negara Berkembang. Universitas Padjadjaran, Bandung.
Hendrojogi, 1999. Koperasi – Azas-azas, Teori dan Praktek, Rajawali Pers., Jakarta.
Ign. Sukamdiyo, 1996. Manajemen Koperasi, Erlangga, Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 1999. Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Kantor Menteri Negara Koperasi dan UKM RI, 2000.Rencana Strategi Pembangunan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah RI Tahun 2001-2005, Jakarta.
Kerlinger, Fred N., 1990, Foundations of Behavioral Research (Terjemahan), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Masri Singaribun dan Sofyan Efendi, 1996, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta
Muenker, Hans, 1989, Cooperative Principles and Cooperative Law (Terjemahan), Universitas Padjadjaran, Bandung.
Muslimin Nasution, 2002. Kinerja Koperasi-Mengukur Keberhasilan Koperasi, Jakarta.
Ropke, Jochen, 1995. Kewirausahaan Koperasi – Dinamika Kewirausahaan dan pengembangan Dalam Organisasi Swadaya, UPT Penerbitan IKOPIN, Bandung.
__________, 1995. Manajemen Strategis untuk Koperasi dan Organisasi Swadaya, UPT Penerbitan IKOPIN, Bandung.
__________, 2003. Ekonomi Koperasi – Teori dan Manajemen, Salemba Empat, Jakarta.
Roy, Ewell Paul, 1981. Cooperatives Today and Tomorrow,The Interstate Printers and Publishers, Inc. Danville, Illinois.
Sugianto, 2002. Promosi Ekonomi Anggota (PEA) Sebagai Ukuran Kinerja Keuangan Koperasi. Dalam Rusidi dan Maman Suratman (Ed.), 20 Pokok Pemikiran tentang Pembangunan Koperasi (Bunga Rampai), IKOPIN, Bandung.
_________, 2002. Sistem Akuntansi Koperasi Berdasarkan PSAK No. 27 Tahun 1999 untuk Menghasilkan Informasi Keuangan yang Sesuai dengan Jati Diri Koperasi. DalamJurnal Koperasi Indonesia Tahun XVII Nomor 1 Agustus 2002. IKOPIN, Bandung.
Sugiono, 2001. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Keempat, Alfabeta, Bandung.
Sukanto Reksodiprodjo, 2001. Manajemen Koperasi, BPFE, Jogyakarta.
Syamsuri SA., 1986. Daya Hidup Koperasi dan Implikasinya Terhadap Kesejahteraan Anggota, Disertasi Pascasarjana, IKIP Bandung.
Tim IKOPIN, Pedoman Umum Implementasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 Tahun 1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar